Di susun oleh :
Muhammad Mustavid Almustahab
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................... iii
BAB I FUNGSI LABORATORIUM DALAM
PEMBELAJARAN SISWA
1.1 Laboratorium
Dalam Pembelajaran Siswa...................... 1
BAB II FUNGSI
LABORATORIUM TRADISIONAL
2.1 Fungsi Laboraturium
Tradisional.................................... 2
BAB III FUNGSI LABORATORIUM NON-TRADISIONAL
3.1 Fungsi Laboratorium Non-Tradisional........................... 5
BAB IV MEMBANGUN LABORATORIUM SEKOLAH YANG BAIK
4.1 Membangun Laboratorium Sekolah
Yang Baik........... 7
BAB V JENIS LABORATORIUM
5.1 Jenis Laboratorium....................................................... 8
BAB I
FUNGSI LABORATORIUM
DALAM PEMBELAJARAN SISWA
1.1 Fungsi
Laboraturium dalam Pembelajaran Siswa
Fungsi laboratorium
sains sekolah (untuk selanjutnya akan disebut (“laboratorium sekolah”) dalam
pembelajaran sains bergantung pada pandangan guru yang bersangkutan terhadap
sains dan belajar (learning). Mengenai belajar dan mengajar pun
dapat dibedakan dua pandangan.Pandangan yang satu ialah yang memandang bahwa yang mengajar itu
adalah “memberi pelajaran” kepada siswa.Ilmu seakan-akan dituangkan kedalam
pikiran siswa.Siswa menerima dan menyimpan ilmu itu jadi miliknya.Pandangan
seperi ini dapat disebut pandangan tradisional.Laboratorium dengan ini dapat
disebut laboratorium tradisional.Sebelum kira-kira tahun 60-an,kebanyakan
laboratorium sekolah difungsikan sebgai laboratorium laboratorium tradisional.
Pandangan yang lain ialah bahwa mengajar itu “membantu siswa” dalam belajar. Yang belajar adalah siswa.Guru tidak dapat belajar untuknya.Siswa sendiri yang membangun (mengkonstruksi) ilmu dari masukan (stimulus) yang menjadi perhatiannya.Konstruksinya didasari atas konstruksi yang sudah ada.Pandangan ini dapat disebut pandangan modern yang belakangan ini berkembang menjadi pandangan konstruktivisme.Secara sangat singkat,penganut pandangan konstruktivisme berteori bahwa”Knowledge is not a copy of reality,To know an object,to know an event,is not simply to look at i land to make a mental copy,or image,of it.To know an object as to act on it (penebalan dari penuis).To know is to modify;to tramsform the object and to understand the process of this transfomation...”.
Laboratorium sekolah yang difungsikan berdasarkan pandangan ini dapat ssdisebut laboratorium non-tradisional atau modern.
BAB II
FUNGSI LABORATORIUM
TRADISIONAL
1.1
Fungsi Laboraturium
Tradisional
Pada laboratorium tradisional
dilakukan kegiatan di dalam laboratorium,yang dahulu dikenal
dengan nama “praktikum”
biasanya adalah kegiatan laboratorium yang dilakukan pada jam khusus,tidak
terintegrasi dengan pelajaran sains.Pada
umumnya kegiatan laboratorium merupakan penerapan “teori” yang sudah dibahas di
dalam kelas sebelum melakukan percobaan di laboratorium.Banyak kegiatan yang
berupa pemverikasian konstanta-konstanta fisis seperti rapatan (density)
berbagai jenis zat,jarak titik api lensa-lensa,dan penentuan percepatan
gravitasi.Pada satu kesempatan biasanya dilakukan lebih dari satu jenis
percobaan.Percobaan-pecobaan itu masih berada dalam lingkup satu pokok
bahasan.Setiap siswa,atau setiap kelompok siswa,melakukan percobaanyang berbeda
dengan percobaan yang dilakukan siswa atau kelompok lain.Hasilnya dilaporkan
siswa dalam bentuk laporan yang distandarkan.Guru menilai hasilnya dari laporan
siswa.Sering penilaian hasil kegiatan siswa ditinjau dari aspek kesesuaiannya
dengan “teori”,atau dengan data yang ada di dalam buku acuan.
Pada laboratorium tradisional seperti perabot, (meja,kursi,dll), tidak perlu dapat di pindah-pindah,tetapi tetap letaknya.Demikian pula dengan perangkat lain seprti “stasiun layanan”, yaitu tempat siswa mendapatkan pasokan air,listrik,gas,jika sekolah memiliki jaringan gas.Laboratorium yang dibangun Departemen Pendidikan Nasionalsejak sekitar permulaan tahun 70-an untuk SMP dan SMA di seluruh Indonesia,dapat digolongkan ke dalam laboratorium jenis ini.Sebab,tataletak perabotnya boleh dikatakan tetap,sukar dipindah-pindah.
Pada laboratorium tradisional seperti perabot, (meja,kursi,dll), tidak perlu dapat di pindah-pindah,tetapi tetap letaknya.Demikian pula dengan perangkat lain seprti “stasiun layanan”, yaitu tempat siswa mendapatkan pasokan air,listrik,gas,jika sekolah memiliki jaringan gas.Laboratorium yang dibangun Departemen Pendidikan Nasionalsejak sekitar permulaan tahun 70-an untuk SMP dan SMA di seluruh Indonesia,dapat digolongkan ke dalam laboratorium jenis ini.Sebab,tataletak perabotnya boleh dikatakan tetap,sukar dipindah-pindah.
Stasiun-stasiun
layanan ditempatkan di tengah-tengah ruang, diantara dua baris meja.
Stasiun-stasiun layanan itu tidak dapat
dipindah-pindahkan.
Disana ada bak cuci dan soket-soket listrik. Tingginya kira-kira 20
cm lebih tinggi daripada tinggi permukaan meja.
Di
sekeliling tembok, kecuali tembok yang berdampingan dengan ruang persiapan dan gudang, dipasang lemari
pendek yang tingginya sama dengan tinggi meja. Lemari ini dapat digunakan untuk
menyimpan sebagian alat-alat laboratorium. Di sepanjang tembok yang menghadap
ke halaman sebenarnya ada jendela-jendela.
Bentuk
laboratorium sains untuk SMA boleh dikatakan sama benar bentuk dan ukurannya dengan
laboratorium sains SMP. Untuk satu SMA pada umumnya dibuatkan hanya dua ruang
laboratorium, satu untuk fisika, dan satu lagi untuk digunakan bersama sebagai
laboratorium biologi dan kimia.
Keuntungan
utama jenis penggunaan laboratorium seperti ini, ialah sekolah tidak perlu
menyediakan perangkat percobaan yang banyak jumlahnya untuk tiap jenis
percobaan. Biasanya untuk satu jenis percobaan tersedia hanya satu perangkat
alat, kadang-kadang dua atau tiga.
Kerugiannya
ialah bahwa siswa tidak langsung bertindak terhadap konsep atau prinsip (hukum)
yang dipelajarinya. Kegiatan laboratorium biasanya tidak disertai “semangat”
menemukan (dicovery) dan/atau semangat bertanya (inquiry). Boleh dikatakan
tidak ada diskusi mengenai beberapa gejala yang teramati atau yang terukur.
Dalam
melaporkan hasil kegiatan, ada kecendrungan siswa “mengarang” hasil pengamatan
atau pengukuran sekadar untuk mendapatkan nilai yang “baik”. Sikap seperti ini
bertentangan dengan sikap ilmiah yang
ingin ditanamkan melalui pendidikan sains pada kurikulum yang berlaku saat ini,
dan juga pada kurikulum-kurikulum terdahulu.
Catatan. Laboratorium
kimia banyak yang menggunakan perabot
yang letaknya tidak mudah dipindah-pindahkan. Alasannya, karena pemakai sering
harus berhadapan dengan banyak jenis bahan kimia, dan bahan kimia itu selalu
diperlukan berada di atas meja. Ini tidak berarti bahwa “pendekatan modern”
dalam mengajarkan sains tidak dapat dilakukan, meskipun tidak semudah
seandainya perabot mudah dipindah-pindahkan.
BAB III
FUNGSI LABORATORIUM
NON-TRADISIONAL
3.1 Fungsi Laboratorium
Non-Tradisional
Pada laboratorium
non-tradisional, kegiatan laboratorium merupakan bagian terintegrasi pada
kegiatan belajar sains. Setiap pelajaran sains, berupa
percobaan atau bukan percobaan, berlangsung diruang laboratorium. Di dalam
ruang laboratorium dapat berlangsung pemberian informasi oleh guru (guru
”menerangkan”), dapat dilakukan percobaan oleh siswa, percobaan demonstrasi
oleh guru atau oleh siswa, diskusi dalam kelompok kecil, dan diskusi kelas
dibimbing oleh guru. Oleh karena itu, ruang laboratorium non-tradisional
haruslah ruang yang bersifat luwes (flexible). Maksudnya, tata letak perabot
ruang mudah diubah-ubah sehingga berbagai jenis kegiatan yang disebut di atas
dapat dilakukan didalam ruang itu juga.
Keuntungan memfungsikan
laboratorium seperti ini ialah pelajaran dengan mudah dapat dibuat bervariasi
dengan memvariasikan jenis kegiatan: mendengarkan informasi, melakukan
percobaan, mengamati suatu gejala, berdiskusi, belajar sendiri, dll. Gagasan
“siswa belajar aktif” (student active learning) mudah diterapkan. Kerugiannya
ialah diperlukan jumlah alat yang lebih banyak, dan mungkin juga laboratorium
yang banyak. Sebab, setiap kali belajar sains siswa harus berada didalam
laboratorium. Pada setiap jam pelajaran sains , siswa harus pindah ke
laboratorium.
Diantara
laboraturium tradisionl dan
nontradisional tidak ada yang
paling baik karena yang paling sesuai dengan pandangan yang
diyakini guru yang akan menggunakan laboratorium tersebut, yang ia merasa
nyaman melakukannya. Jika dilihat petikan-petikan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berlaku sekarang, yang
dicantumkan pada PENDAHULUAN diatas, agaknya laboratorium
non-tradisionallah yang sesuai dengan pandangan KBK, dan juga
kurikulum-kurikulum sebelumnya.
BAB IV
MEMBANGUN
LABORATORIUM SEKOLAH YANG BAIK
4.1 Membangun
Laboratorium Sekolah Yang Baik
Arsitek yang akan merancang suatu laboratorium sekolah
seharusnya berkonsultasi dengan guru yang bersangkutan untuk mendapat masukan
mengenai persyaratan yang perlu dipertimbangkan bagi laboratorium yang akan
dibangun sesuai dengan “keyakinan” guru yang diminta
pertimbangan.Sebab,kebanyakan asitek agaknya tidak atau kurang mengikuti
perkembangan dalam dunia pendidikan sains.Arsitek merancang ruang laboratorium
serta perabot yang diperlukan berdasarkan informasi yang kadaluwarsa,atau hanya
atas dasar intuisi.
Perencanaan jenis ruang dan luas
tiap ruang yang diperlukan dan perabotnya harus dilakukan bersama antara
arsitek dan guru yang akan menggunakan laboratorium itu.Jenis dan luas ruang
akan bergantung juga pada jenis dan jumlah alat yang akan digunakan.Hal ini
selanjutnya bergantung pada pandangan yang dianut dalam
pembelajaran:Tradisionalkah dan Non-tradisional
atau modern artinya,pada
perencanaan yang ideal dan sitematis,perencanaan jenis ruang dan luas tiap
jenis ruang sebaiknya dilakukan setelah pengambilan keputusan mengenai
tradisional atau non-tradisionalnya pembelajaran yang akan dilakukan,dan
setelah perencanaan jenis dan banyaknya alat (dan bahan) selesai dibuat untuk
jenis pembelajaran yang akan dianut.
BAB V
JENIS LABORATORIUM
5.1 Jenis Laboratorium
Yang dimaksud dengan “jenis
laboratorium” disini ialah kaitannya dengan “spesialisasi” mata pelajaran sains.Secara
tradisional dan demi pengkhususan,sains dikelompokkan ke dalam beberapa
cabang.Pada umumnya pelajaran sains di sekolah dikelompokkan ke dalam 4 atau 5
cabang, yaitu:
a.Biologi
b.Fisika
c.Kimia,dan
d.IPBA (Ilmu Pengetahuan tentang Bumi dan Antariksa).Laboratorium ini biasanya disatukan dengan labo-ratorium fisika.
e.IPA/Sains (SMP)
a.Biologi
b.Fisika
c.Kimia,dan
d.IPBA (Ilmu Pengetahuan tentang Bumi dan Antariksa).Laboratorium ini biasanya disatukan dengan labo-ratorium fisika.
e.IPA/Sains (SMP)
Di tingkat SMP ada kecenderungan
mengintegrasikan sains menjadi satu bidang studi,yang dengan singkat disebut
sains terpadu(integrated science atau
combined science).Dasar pemikirannya
ialah karena sains itu pada hakikatnya adalah satu.Hanya karena luas dan
dalamnya sains maka diperlukan pengkhususan dalam pengkajiannya.Tidak mungkin
bagi seseorang mendalami secara sangat mendalam seluruh kajian yang termasuk
sains.Bahkan untuk menguasai sains secara menyeluruh pada kedalaman yang
memadai untuk mengajarkannya di sekolah menengah pun terlalu sulit bagi
kebanyakan calon guru,terutama calon guru tingkat SMA.Akan tetapi,penguasaan
sains secara agak menyeluruh untuk tingkat SMP agaknya masih dimungkinkan.
Alasan lain mengintegrasikan sains di sekolah ialah agar siswa dapat melihat sains sebagai suatu kesatuan.Ini perlu,karena dalam kehidupan sehari masalah-masalah yang berkaitan dengan sains pada umumnya muncul terintegrasi dengan disiplin yang disebut di atas.Bahkan terintegrasi dengan disiplin lain seperti masalah sosial,lingkungan,dan teknologi.Jadi,khusus untuk tingkat SMP,laboratorium sains sebaiknya berupa laboratorium sains terpadu.
Sepanjang pengetahuan penulis,istilah sains terpadu (integrated science)pertama terbaca dalam kurikulum sains sekolah menengah tingkat pertama di Skotlandia pada permulaan tahun 70-an (Sistem Pendidikan di Skotlandia berbeda dengan sistem pendidikan di Inggris (England).Dari kurikulum tampak bahwa dengan kata ”terpadu” (“integrated”) tidak dimaksudkan agar tidak tampak ada batas antara biologi,fisika,kimia IPBA, dan lain-lain.Masih jelas terlihat pokok-pokok bahasan yang cenderung fisika,biologi,kimia, dan lain-lain.Akan tetapi,pokok-pokok bahsan ini “terintegrasi” dalam satu buku.Implikasinya ialah bahwa semua pokok-pokok bahasan itu harus diajarkan oleh seorang guru.
sssSebagai contoh,pokok-pokok bahasan di dalam Buku 1 yang mendasarkan isinya atas kurikulum ini berisi judul-judul Introducing Science (Memperkenalkan Sains),Looking at Living Things (Mengamati Makhluk Hidup),Energy,What are Things Made of?(Dari apakah Benda-benda Terbuat?),Solvents and Solutions (Pelarut dan Larutan),The Units of Life (Satuan Kehidupan),Electricity,Some Common Gasses (Gas-gas yang Umum).Terlihat bahwa pokok-pokok bahasan di dalam “sains terpadu” merupakan perselang-selingan antar pokok bahasan yang biasa ada pada cabang-cabang disiplin sains.
Alasan lain mengintegrasikan sains di sekolah ialah agar siswa dapat melihat sains sebagai suatu kesatuan.Ini perlu,karena dalam kehidupan sehari masalah-masalah yang berkaitan dengan sains pada umumnya muncul terintegrasi dengan disiplin yang disebut di atas.Bahkan terintegrasi dengan disiplin lain seperti masalah sosial,lingkungan,dan teknologi.Jadi,khusus untuk tingkat SMP,laboratorium sains sebaiknya berupa laboratorium sains terpadu.
Sepanjang pengetahuan penulis,istilah sains terpadu (integrated science)pertama terbaca dalam kurikulum sains sekolah menengah tingkat pertama di Skotlandia pada permulaan tahun 70-an (Sistem Pendidikan di Skotlandia berbeda dengan sistem pendidikan di Inggris (England).Dari kurikulum tampak bahwa dengan kata ”terpadu” (“integrated”) tidak dimaksudkan agar tidak tampak ada batas antara biologi,fisika,kimia IPBA, dan lain-lain.Masih jelas terlihat pokok-pokok bahasan yang cenderung fisika,biologi,kimia, dan lain-lain.Akan tetapi,pokok-pokok bahsan ini “terintegrasi” dalam satu buku.Implikasinya ialah bahwa semua pokok-pokok bahasan itu harus diajarkan oleh seorang guru.
sssSebagai contoh,pokok-pokok bahasan di dalam Buku 1 yang mendasarkan isinya atas kurikulum ini berisi judul-judul Introducing Science (Memperkenalkan Sains),Looking at Living Things (Mengamati Makhluk Hidup),Energy,What are Things Made of?(Dari apakah Benda-benda Terbuat?),Solvents and Solutions (Pelarut dan Larutan),The Units of Life (Satuan Kehidupan),Electricity,Some Common Gasses (Gas-gas yang Umum).Terlihat bahwa pokok-pokok bahasan di dalam “sains terpadu” merupakan perselang-selingan antar pokok bahasan yang biasa ada pada cabang-cabang disiplin sains.
0 komentar :
Posting Komentar