Selasa, 11 Februari 2014

PENGELOLAAN LABORATORIUM SEKOLAH

Di susun oleh :
Muhammad Mustavid Almustahab







PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................             i
DAFTAR ISI....................................................................................             iii
BAB I FUNGSI LABORATORIUM DALAM
PEMBELAJARAN SISWA
1.1  Laboratorium Dalam Pembelajaran Siswa......................              1

BAB II  FUNGSI LABORATORIUM TRADISIONAL
      2.1 Fungsi Laboraturium Tradisional....................................              2
BAB III FUNGSI LABORATORIUM NON-TRADISIONAL
3.1 Fungsi Laboratorium Non-Tradisional...........................               5
BAB IV MEMBANGUN LABORATORIUM SEKOLAH YANG BAIK
            4.1 Membangun Laboratorium Sekolah Yang Baik...........                7
BAB V JENIS LABORATORIUM
            5.1 Jenis Laboratorium.......................................................                 8







BAB I
FUNGSI LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN SISWA
1.1 Fungsi Laboraturium dalam Pembelajaran Siswa
Fungsi laboratorium sains sekolah (untuk selanjutnya akan disebut (“laboratorium sekolah”) dalam pembelajaran sains bergantung pada pandangan guru yang bersangkutan terhadap sains dan belajar (learning). Mengenai belajar dan mengajar pun dapat dibedakan dua pandangan.Pandangan yang satu  ialah yang memandang bahwa yang mengajar itu adalah “memberi pelajaran” kepada siswa.Ilmu seakan-akan dituangkan kedalam pikiran siswa.Siswa menerima dan menyimpan ilmu itu jadi miliknya.Pandangan seperi ini dapat disebut pandangan tradisional.Laboratorium dengan ini dapat disebut laboratorium tradisional.Sebelum kira-kira tahun 60-an,kebanyakan laboratorium sekolah difungsikan sebgai laboratorium laboratorium  tradisional.

Pandangan yang lain ialah bahwa mengajar itu “membantu siswa” dalam belajar
. Yang belajar adalah siswa.Guru tidak dapat belajar untuknya.Siswa sendiri yang membangun (mengkonstruksi) ilmu dari  masukan (stimulus) yang menjadi perhatiannya.Konstruksinya didasari atas konstruksi yang sudah ada.Pandangan ini dapat disebut pandangan  modern yang belakangan ini berkembang menjadi pandangan konstruktivisme.Secara sangat singkat,penganut pandangan konstruktivisme berteori bahwa”Knowledge is not a copy of reality,To know an object,to know an event,is not simply to look at i land to make a mental copy,or image,of it.To know an object as to act on it (penebalan dari penuis).To know is to modify;to tramsform the object and to understand the process of this transfomation...”.
Laboratorium sekolah yang difungsikan berdasarkan pandangan ini dapat
ssdisebut laboratorium non-tradisional atau modern.


BAB II
FUNGSI LABORATORIUM TRADISIONAL

1.1  Fungsi Laboraturium Tradisional
Pada laboratorium tradisional dilakukan kegiatan di dalam laboratorium,yang dahulu dikenal dengan  nama “praktikum” biasanya adalah kegiatan laboratorium yang dilakukan pada jam khusus,tidak terintegrasi dengan  pelajaran sains.Pada umumnya kegiatan laboratorium merupakan penerapan “teori” yang sudah dibahas di dalam kelas sebelum melakukan percobaan di laboratorium.Banyak kegiatan yang berupa pemverikasian konstanta-konstanta fisis seperti rapatan (density) berbagai jenis zat,jarak titik api lensa-lensa,dan penentuan percepatan gravitasi.Pada satu kesempatan biasanya dilakukan lebih dari satu jenis percobaan.Percobaan-pecobaan itu masih berada dalam lingkup satu pokok bahasan.Setiap siswa,atau setiap kelompok siswa,melakukan percobaanyang berbeda dengan percobaan yang dilakukan siswa atau kelompok lain.Hasilnya dilaporkan siswa dalam bentuk laporan yang distandarkan.Guru menilai hasilnya dari laporan siswa.Sering penilaian hasil kegiatan siswa ditinjau dari aspek kesesuaiannya dengan “teori”,atau dengan data yang ada di dalam buku acuan.
Pada laboratorium tradisional seperti perabot, (meja,kursi,dll), tidak perlu dapat di pindah-pindah,tetapi tetap letaknya.Demikian pula dengan perangkat lain seprti “stasiun layanan”, yaitu tempat siswa mendapatkan pasokan air,listrik,gas,jika sekolah memiliki jaringan gas.Laboratorium yang dibangun Departemen Pendidikan Nasionalsejak sekitar permulaan tahun 70-an untuk SMP dan SMA di seluruh Indonesia,dapat digolongkan ke dalam laboratorium jenis ini.Sebab,tataletak perabotnya boleh dikatakan tetap,sukar dipindah-pindah.
Stasiun-stasiun layanan ditempatkan di tengah-tengah ruang, diantara dua baris meja. Stasiun-stasiun  layanan itu tidak dapat dipindah-pindahkan.
 Disana ada bak cuci dan  soket-soket listrik. Tingginya kira-kira 20 cm lebih tinggi daripada tinggi permukaan meja.
Di sekeliling tembok, kecuali tembok yang berdampingan dengan  ruang persiapan dan gudang, dipasang lemari pendek yang tingginya sama dengan tinggi meja. Lemari ini dapat digunakan untuk menyimpan sebagian alat-alat laboratorium. Di sepanjang tembok yang menghadap ke halaman sebenarnya ada jendela-jendela.
Bentuk laboratorium sains untuk SMA boleh dikatakan sama benar bentuk dan ukurannya dengan laboratorium sains SMP. Untuk satu SMA pada umumnya dibuatkan hanya dua ruang laboratorium, satu untuk fisika, dan satu lagi untuk digunakan bersama sebagai laboratorium biologi dan kimia.
Keuntungan utama jenis penggunaan laboratorium seperti ini, ialah sekolah tidak perlu menyediakan perangkat percobaan yang banyak jumlahnya untuk tiap jenis percobaan. Biasanya untuk satu jenis percobaan tersedia hanya satu perangkat alat, kadang-kadang dua atau tiga.
Kerugiannya ialah bahwa siswa tidak langsung bertindak terhadap konsep atau prinsip (hukum) yang dipelajarinya. Kegiatan laboratorium biasanya tidak disertai “semangat” menemukan (dicovery) dan/atau semangat bertanya (inquiry). Boleh dikatakan tidak ada diskusi mengenai beberapa gejala yang teramati atau yang terukur.
Dalam melaporkan hasil kegiatan, ada kecendrungan siswa “mengarang” hasil pengamatan atau pengukuran sekadar untuk mendapatkan nilai yang “baik”. Sikap seperti ini bertentangan dengan sikap ilmiah yang ingin ditanamkan melalui pendidikan sains pada kurikulum yang berlaku saat ini, dan juga pada kurikulum-kurikulum terdahulu.
Catatan. Laboratorium kimia banyak yang  menggunakan perabot yang letaknya tidak mudah dipindah-pindahkan. Alasannya, karena pemakai sering harus berhadapan dengan banyak jenis bahan kimia, dan bahan kimia itu selalu diperlukan berada di atas meja. Ini tidak berarti bahwa “pendekatan modern” dalam mengajarkan sains tidak dapat dilakukan, meskipun tidak semudah seandainya perabot mudah dipindah-pindahkan.  
BAB III
FUNGSI LABORATORIUM NON-TRADISIONAL

3.1 Fungsi Laboratorium Non-Tradisional
Pada laboratorium non-tradisional, kegiatan laboratorium merupakan bagian terintegrasi pada kegiatan belajar sains. Setiap pelajaran sains, berupa percobaan atau bukan percobaan, berlangsung diruang laboratorium. Di dalam ruang laboratorium dapat berlangsung pemberian informasi oleh guru (guru ”menerangkan”), dapat dilakukan percobaan oleh siswa, percobaan demonstrasi oleh guru atau oleh siswa, diskusi dalam kelompok kecil, dan diskusi kelas dibimbing oleh guru. Oleh karena itu, ruang laboratorium non-tradisional haruslah ruang yang bersifat luwes (flexible). Maksudnya, tata letak perabot ruang mudah diubah-ubah sehingga berbagai jenis kegiatan yang disebut di atas dapat dilakukan didalam ruang itu juga.
Keuntungan memfungsikan laboratorium seperti ini ialah pelajaran dengan mudah dapat dibuat bervariasi dengan memvariasikan jenis kegiatan: mendengarkan informasi, melakukan percobaan, mengamati suatu gejala, berdiskusi, belajar sendiri, dll. Gagasan “siswa belajar aktif” (student active learning) mudah diterapkan. Kerugiannya ialah diperlukan jumlah alat yang lebih banyak, dan mungkin juga laboratorium yang banyak. Sebab, setiap kali belajar sains siswa harus berada didalam laboratorium. Pada setiap jam pelajaran sains , siswa harus pindah ke laboratorium.
Diantara laboraturium tradisionl dan  nontradisional  tidak ada yang paling baik karena  yang paling sesuai dengan pandangan yang diyakini guru yang akan menggunakan laboratorium tersebut, yang ia merasa nyaman melakukannya. Jika dilihat petikan-petikan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berlaku sekarang, yang dicantumkan pada PENDAHULUAN diatas, agaknya laboratorium non-tradisionallah yang sesuai dengan pandangan KBK, dan juga kurikulum-kurikulum sebelumnya.
BAB IV
MEMBANGUN LABORATORIUM SEKOLAH YANG BAIK

4.1 Membangun Laboratorium Sekolah Yang Baik
Arsitek yang akan  merancang suatu laboratorium sekolah seharusnya berkonsultasi dengan guru yang bersangkutan untuk mendapat masukan mengenai persyaratan yang perlu dipertimbangkan bagi laboratorium yang akan dibangun sesuai dengan “keyakinan” guru yang diminta pertimbangan.Sebab,kebanyakan asitek agaknya tidak atau kurang mengikuti perkembangan dalam dunia pendidikan sains.Arsitek merancang ruang laboratorium serta perabot yang diperlukan berdasarkan informasi yang kadaluwarsa,atau hanya atas dasar intuisi.
Perencanaan jenis ruang dan luas tiap ruang yang diperlukan dan perabotnya harus dilakukan bersama antara arsitek dan guru yang akan menggunakan laboratorium itu.Jenis dan luas ruang akan bergantung juga pada jenis dan jumlah alat yang akan digunakan.Hal ini selanjutnya bergantung pada pandangan yang dianut dalam pembelajaran:Tradisionalkah dan Non-tradisional atau modern  artinya,pada perencanaan yang ideal dan sitematis,perencanaan jenis ruang dan luas tiap jenis ruang sebaiknya dilakukan setelah pengambilan keputusan mengenai tradisional atau non-tradisionalnya pembelajaran yang akan dilakukan,dan setelah perencanaan jenis dan banyaknya alat (dan bahan) selesai dibuat untuk jenis pembelajaran yang akan dianut.



                                                                                           


BAB V
JENIS LABORATORIUM

5.1 Jenis Laboratorium
Yang dimaksud dengan “jenis laboratorium” disini ialah kaitannya dengan “spesialisasi” mata pelajaran sains.Secara tradisional dan demi pengkhususan,sains dikelompokkan ke dalam beberapa cabang.Pada umumnya pelajaran sains di sekolah dikelompokkan ke dalam 4 atau 5 cabang, yaitu:
a.Biologi
b.Fisika
c.Kimia,dan
d.IPBA (Ilmu Pengetahuan tentang Bumi dan Antariksa).Laboratorium ini biasanya disatukan dengan labo-ratorium fisika.
e.IPA/Sains (SMP)
Di tingkat SMP ada kecenderungan mengintegrasikan sains menjadi satu bidang studi,yang dengan singkat disebut sains terpadu(integrated science atau combined  science).Dasar pemikirannya ialah karena sains itu pada hakikatnya adalah satu.Hanya karena luas dan dalamnya sains maka diperlukan pengkhususan dalam pengkajiannya.Tidak mungkin bagi seseorang mendalami secara sangat mendalam seluruh kajian yang termasuk sains.Bahkan untuk menguasai sains secara menyeluruh pada kedalaman yang memadai untuk mengajarkannya di sekolah menengah pun terlalu sulit bagi kebanyakan calon guru,terutama calon guru tingkat SMA.Akan tetapi,penguasaan sains secara agak menyeluruh untuk tingkat SMP agaknya masih dimungkinkan.
Alasan lain mengintegrasikan sains di sekolah ialah agar siswa dapat melihat sains sebagai suatu kesatuan.Ini perlu,karena dalam kehidupan sehari masalah-masalah yang berkaitan dengan sains pada umumnya muncul terintegrasi dengan disiplin yang disebut di atas.Bahkan terintegrasi  dengan disiplin lain seperti masalah sosial,lingkungan,dan teknologi.Jadi,khusus untuk tingkat SMP,laboratorium sains sebaiknya berupa laboratorium sains terpadu.
Sepanjang pengetahuan penulis,istilah sains terpadu (integrated science)pertama terbaca dalam kurikulum sains sekolah menengah tingkat pertama di Skotlandia pada permulaan tahun 70-an (Sistem Pendidikan di Skotlandia berbeda dengan sistem pendidikan di Inggris (England).Dari kurikulum tampak bahwa dengan kata ”terpadu” (“integrated”) tidak dimaksudkan agar tidak tampak ada batas antara biologi,fisika,kimia IPBA, dan lain-lain.Masih jelas terlihat pokok-pokok bahasan yang cenderung fisika,biologi,kimia, dan lain-lain.Akan tetapi,pokok-pokok bahsan ini “terintegrasi” dalam satu buku.Implikasinya ialah bahwa semua pokok-pokok bahasan itu harus diajarkan oleh seorang guru.
sssSebagai contoh,pokok-pokok bahasan di dalam Buku 1 yang mendasarkan isinya atas kurikulum ini berisi judul-judul Introducing Science (Memperkenalkan Sains),Looking at Living Things (Mengamati Makhluk Hidup),Energy,What are Things Made of?(Dari apakah Benda-benda Terbuat?),Solvents and Solutions (Pelarut dan Larutan),The Units of Life (Satuan Kehidupan),Electricity,Some Common Gasses (Gas-gas yang Umum).Terlihat bahwa pokok-pokok bahasan di dalam “sains terpadu” merupakan perselang-selingan antar pokok bahasan yang biasa ada pada cabang-cabang disiplin sains.


0 komentar :

Posting Komentar